Pakaian adat Jakarta memiliki banyak jenisnya. Banyak
sekali macam-macam pakaian adat Jakarta yang perlu Anda ketahui sebagai warga
Indonesia yang berbudaya. Karena Jakarta merupakan Kota yang bersejarah bagi
Bangsa Indonesia, semua yang kita rasakan saat ini adalah sebagian hasil dari
perjuangan pahlawan kita yang ada di sana. Dengan mempelajari baju adat
Jakarta, maka akan menimbulkan rasa cinta tanah air.
Berikut ini macam-macam dari pakaian adat Jakarta yang
terkenal dengan kota metropolitan tersebut. Semua akan diulas sejelas mungkin
mulai dari sejarah hingga perkembangannya.
Sejarah Pakaian Adat Jakarta
Siapa orang Indonesia yang tidak tahu tentang Jakarta?
Jakarta secara resmi dikenal sebagai Daerah Khusus Ibukota Jakarta atau ibukota
dan kota terbesar di Indonesia. Salah satu aglomerasi perkotaan terpadat di
dunia, Jakarta merupakan kota terpadat di Indonesia dan di Asia Tenggara.
Jakarta memiliki pakaian tradisional bernama abang none atau
demang. Filosofi dari pakaian tradisional Jakarta sendiri tertumpu pada sejarah
suku DKI Jakarta yang telah mendapatkan banyak pengaruh dari berbagai budaya
orang-orang luar daerah.
Pakaian adat tradisional Jakarta terinspirasi dari pedagang
China, Arab, dan Belanda serta suku lainnya di Indonesia. Hal itulah yang
kemudian membuat pakaian adat tradisional Jakarta digunakan hingga sekarang.
Sementara untuk gaun pengantin masyarakat Jakarta, terlihat
hasil proses asimilasi dari berbagai kelompok etnis. Pakaian pengantin pria
yang digunakan, terdiri dari: turban, jubah panjang dan celana sangat
dipengaruhi oleh budaya Arab.
Sedangkan pada pakaian pengantin yang menggunakan syangko
(sampul depan), kemeja dan rok panjang model encim menunjukkan pengaruh budaya
Tionghoa yang unik. Adapun sandal atau alas kaki yang dipakai oleh pengantin
pria dan wanita dipengaruhi oleh budaya Arab.
Pakaian Adat Betawi Asli
Orang Betawi umumnya akrab dengan beberapa jenis pakaian.
Tapi pakaian adat yang lazim dipakai untuk laki-laki adalah kopiah dengan baju
kaos leher tertutup yang digunakan dengan setelan celana panjang. Tidak lupa
terdapat sepotong kain batik yang melingkar di pinggang dan belati yang
diselipkan di depan perut. Sementara untuk seorang wanita Betawi, pakaian
adatnya adalah mengenakan kebaya, selendang panjang dan kain batik.
Pakaian adat jakarta bernama Sadariah ini adalah baju
adat betawi laki-laki yang secara umum diketahui dan disebut masyarakat
sebagai baju koko. Bisa dibilang baju ini adalah baju paling ikonik bagi suku
Betawi.
Baju yang biasa juga disebut dengan baju koko atau baju
tikim ini digunakan oleh kaum adam suku Betawi. Pakaian adat jakarta ini pada
umumnya dikombinasikan dengan celana batik atau celana hitam, peci atau kopiah,
dan kain pelekat. Selain digunakan saat acara resmi, baju ini juga sering
digunakan untuk keseharian.
Ada hal unik tentang baju sadariah ini, sobat borneo
channel. Hanya pria betawi yang sudah dipanggil dengan panggilan Abang yang
diperuntukan dalam menggunakan pakaian ini. Artinya, hanya pria betawi yang
sudah beranjak dewasa yang diperbolehkan menggunakan baju ini.
Celana yang terbuat dari batik ini adalah salah satu celana
yang paling umum digunakan oleh suku Betawi. Celana ini berbentuk seperti
celana kolor karena memiliki karet pada bagian pinggang.
Umumnya panjang dari celana motif batik ini mencapai lutut
dan ada juga yang sepanjang kaki. dengan motifnya cukup sederhana, warna celana
yang digunakan tidak terlalu mencolok.
Warna yang digunakan dalam pembuatan celanan ini adalah
warna-warna yang tidak terlalu mencolok seperti warna putih,coklat,atau hitam.
Aksesoris yang digunakan dalam pengguanaan pakaian ini
adalah peci berwarna merah atau hitam dan sarung yang dikalungkan di leher.
Baju kurung bisa dibilang sebagai pakaian adat utama bagi
kaum wanita. Pada umumnya baju kurung yang dipakai lenganya pendek.
Berbeda dengan kaum pria yang warna baju yang digunakan
ialah warna yang kalem, untuk kaum hawa warna yang digunakan dalam baju kurung
yaitu warna yang mencolok dan terang.
Seiring berjalannya waktu dan zaman, desainer-desainer baju
modern telah mengembangkan model dan desain dari baju kurung betawi,
warna-warna baru mulai ditambahkan agar menambah kekayaan model warna dalam
baju kurung dan ada juga tambahan saku pada bagian depan baju tersebut,
bertujuan agar memudahkan penggunanya apabila ingin menyimpan sesuatu di saku
baju kurung modern tersebut.
Seperti pada celana motif batik bagi kaum pria, untuk kaum
wanita digunakan kaing sarung motif batik agar melengkapi ciri khas dari
pakaian adat betawi kaum wanita tersebut.
Selain digunakan sebagai bawahan pakaian, kain sarung motif
batik biasanya juga digunakan sebagai penutup kepala.
Untuk warna dari kain sarung, disesuikan dengan warna baju
kurung. Untuk kain sarung batik yang digunakan sebagai penutup kepala, secara
umum memiliki corak geometri.
Baju ujung serong adalah pakaian khusus yang dikenakan oleh
para bangsawan atau biasa disebut demang. Di zaman modern ini, baju ujung
serong sekarang telah menjadi baju seragam resmi Pegawai Negeri Sipil
pemerintah daerah DKI Jakarta pada hari-hari yang ditentukan.
Baju ini adalah jas tertutup dan celana pentalon. Pada
bagian pinggangnya ada kain batik yang ujungnya agak serong diatas lutut, lalu
ada selipan pisau raut dan aksesoris seperti jam saku rantai dan kuku macan. Di
bagian kepala, dikenakan liskol atau kopiah, di bagian kaki ada sepatu
pantofel.
Selain menjadi pakaian resmi pegawai negeri sipil pemerintah
daerah DKI Jakarta, baju ujung serong juga digunakan sebagai
pakaian abang jakarta, hanya saja untuk penutup kepala digunakan liskol
tanpa menggunakan kuku macan atau arloji rantai.
Hanya bangsawan laki-laki yang mengenakan baju ujung serong.
Untuk wanita, pakaian yang digunakan adalah varian pakaian yang digunakan
sebagai pakaian keseharian, yaitu baju kurung, sarung motif batik, kerudung,dan
selendang. Selaian pakaian, aksesoris yang digunakan untuk kaum wanita dalam
melengkapi pakaiannya adalah perhiasan emas seperti gelang,cincin,giwang,dan
kalung.
Masyarakat betawi di Jakarta yang masih memegang erat dan
menjunjung tinggi kebudayaan betawi, khususnya dalam pernikahan masih menggunakan
pakaian pengantin betawi. Pakaian pengantin ini merupakan hasil akulturasi
beberapa kebudayaan, yaitu budaya Tionghoa, Arab, dan Melayu.
Untuk pengantin pria, nama pakaian pengantinnya adalah
Dandanan Care Haji. Pakaian ini memiliki jubah panjang berwana cerah, pada
umumnya berwarna merah dan memiliki tutup kepala.
Jubah pengantin pria betawi yang dikenakan berbahan beludru
dan berwarna cerah, untuk jubah bagian dalam berbahan kain berwarna putih dan
halus.
Sedangkan untuk tutup kepalanya terbuat dari sorban yang
namanya disebut dengan Alpie. Selendang bermotif dengan bahan manik-manik
berwarna mencolok dan benang emas juga digunkan sebagai pelengkap pakaian
pengantin pria betawi ini.
Dalam pernikahan budaya Betawi, pengantin wanitanya
menggunakan pakaian adat betawi yang namanya sangat unik, yaitu “Baju Rias
Besar Dandanan Care None Pengantin Cine”. Pakaian bergaya cina ini berbahan
utama satin yang warnanya cerah. Rok bernama Kun dengan model duyung yang
warnanya gelap digunakan sebagai bawahan dari pakaian ini. Secara umum, warna
yang digunakan ialah merah atau hitam.
Perhiasan yang dikenakan adalah kalung lebar, gelang
listing, teratai manik-manik yang dikalungkan, untuk alas kakinya yaitu selop
model perahu. Pada bagian kepala, dikenakan kembang goyang motf burung hong dan
sanggul palsu berhiasi bunga melati yand dibentuk seperti ronjee dan sisir, lalu
dikenakan juga cadar pada bagian wajah.
Pakaian pengantin wanita betawi ini ada hal uniknya. Pakaian
bermodel encim, rok panjang, dan syangko menandakan bahwa pakaian ini
dipengaruhi oleh kebudayaan cina, lalu alas kaki yang digunakan pengantin pria
betawi dan wanita betawi yang bernama terompah, menunjukan bahwa pakaian ini
terpengaruh oleh kebudayaan arab.