Tarian Sumatera Barat. Secara garis besar tarian daerah Sumatera Barat terlahir dari adat budaya suku Minangkabau dan suku Mentawai. Dalam hal ini, kebudayaan masyarakat Minang sangatlah mendominasi ragam tarian khas Sumatera Barat.
Sementara itu, suku Mentawai sebagai pendukung budaya Proto-Melayu (Melayu Tua) memiliki kebudayaan neolitikum yang primitif. Sehingga tarian mereka lebih banyak menggambarkan tingkah laku hewan.
Seperti halnya tarian daerah Aceh, kekhasan tarian Minangkabau banyak dipengaruhi oleh agama Islam. Selebihnya, adat matrilineal dan tradisi merantau masyarakatnya juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari tradisi yang sifatnya klasik.
Randai merupakan contoh teater tradisional khas Minang yang didalamnya juga terkandung unsur tari-tarian. Seni pertunjukan ini sangat menggambarkan betapa mesranya kebudayaan Melayu dan kebudayaan Minangkabau.
Artikel ini memuat nama-nama tarian Sumatera Barat dengan disertai gambar dan penjelasan singkat mengenai masing-masing tari.
Berikut adalah daftar 13 tarian daerah Sumatera Barat.
Tari Piring
Tari Piring atau Tari Piriang merupakan tarian khas Sumatera Barat yang terlahir di Kota Solok. Salah satu tarian tradisional populer di Indonesia ini unik dan indah karena menjadikan piring sebagai media utama. Ditarikan oleh 3-7 orang penari dengan diiringi oleh alat musik tradisional Minangkabau, Talempong dan Saluang.
Gerakan tari dimulai dengan meletakkan piring di atas dua telapak tangan penari, selanjutnya diayunkan mengikuti gerakan-gerakan tari yang cepat, teratur dan dikondisikan agar piring tidak terlepas dari genggaman tangan. Properti piring lebih dipilih piring porselen Cina karena desainnya bagus dan memiliki nilai estetis.
Tari Payung
Tari Payung merupakan tarian tradisional Sumatera Barat yang menggambarkan cinta dan kasih sayang. Lambang pergaulan muda-mudi yang secara naratif bercerita sepasang remaja yang bertamasya. Penggunaan properti payung dan selendang mewakili perlindungan dan ikatan cinta suci penuh kesetiaan.
Sejarah tarian ini berkaitan dengan seni drama yang pada masa penjajahan Belanda lebih dikenal dengan istilah toonel. Selain Randai, drama toonel adalah kesenian yang lahir dari pengaruh sekelompok seniman dari Semenanjung Malaya yang mempertunjukan seni komedi bangsawan Melayu di Sumatera Barat.
Tari Indang
Budaya Minangkabau kental dengan tradisi lisan. Sastra banyak terlibat dalam banyak kesenian, salah satunya dirupakan dalam bentuk tarian. Contohnya adalah Tari Indang atau Tari Dindin Badindin khas Pariaman. “Indang” merujuk pada alat musik sejenis rebana kecil, sementara “dindin badindin” adalah lagu pengiring tarian ini.
Tari Indang adalah kesenian yang sangat kental dengan pengaruh budaya Islam di Minangkabau dan merupakan manifestasi budaya mendidik melalui surau. Indang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Minang di wilayah kabupaten Padang sebagai penggambaran kedatangan agama Islam di Sumatera Barat pada abad ke-13.
Tari Lilin
Beberapa nama tarian Sumatera Barat diambil dari properti yang digunakan. Selain tari yang telah disebutkan di atas, ada juga Tari Lilin. Dengan menggunakan instrumen pelengkap berupa lilin yang menyala di atas piring, para penari bergerak atraktif seirama dengan alunan musik pengiringnya.
Tarian Lilin bermula dari cerita rakyat Minang. Kisah tentang seorang gadis yang kehilangan cincin pertunangannya. Dalam kegelisahan, sang gadis dibantu teman-temannya pun mencari, bahkan hingga larut malam ia terus mencari berbekal penerangan lilin yang ditempatkan diatas piring kecil.
Tari Pasambahan
Tari Pasambahan merupakan tari tradisional Minangkabau yang berkembang merata di seantero Sumatera Barat. Sebuah tari penyambutan yang memvisualisasikan ungkapan selamat datang dan rasa hormat pada tamu. Di luar fungsi itu, tari ini juga ditampilkan dalam seni pementasan untuk hiburan masyarakat.
Tari ini cukup melekat dengan upacara pernikahan adat Minang. Biasanya ditampilkan saat kedatangan tamu yang datang dari jauh, atau saat pengantin pria tiba di rumah pengantin wanita. Dalam penyajiannya, tamu dipayungi sebagai bentuk penghormatan, setelahnya dilanjutkan dengan suguhan daun sirih dalam carano.
Tari Saputangan
Tari Saputangan merupakan salah satu tradisi yang tumbuh berkembang di Kecamatan Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan. Kesejarahan tari ini terkait dengan budaya menyambut panen padi. Kesenian rakyat yang sifatnya hiburan ini awalnya hanya ditarikan oleh laki-laki secara berpasangan.
Beberapa perubahan terjadi seiring perkembangannya. Salah satunya, tari ini kemudian boleh ditarikan oleh perempuan secara berpasangan. Dengan properti sapu tangan, penari menari membawakan gerak-gerak tari tradisi khas Bayang. Alat musik pengiringnya adalah talempong, gandang dan pupuik katopong.
Tari Rantak
Tari Rantak merupakan tarian Sumatera Barat yang dikatakan diadaptasi dari Tarian Rantak Kudo, tarian tradisional Provinsi Jambi. Meskipun pada dasarnya memiliki kesamaan, khususnya pada hentakan kaki, namun oleh para seniman Minang dikolaborasikan dengan gerakan silek (silat) yang tegas.
Gerakan-gerakan silat dalam tarian ini mengambil bagian dari bungo silek yang memang difungsikan untuk pertunjukan semata. Lebih menonjolkan unsur keindahan yang tentu berbeda dengan gerak silat sesungguhnya. Tari ini disajikan dengan iringan musik yang cenderung bertempo cepat.
Ambek-Ambek Koto Anau
Tari Ambek-Ambek merupakan salah satu tarian khas masyarakat Koto Anau, sebuah nagari di Lembang Jaya, Solok, Sumatra Barat. Tarian ini kurang lebih menggambarkan tingkah laku anak-anak ketika bermain. Mereka bergelut atau bercanda pura-pura berkelahi menggunakan gerakan pencak silat.
Tari Alang Babega
Tarian Alang Babega merupakan tarian yang sederhana menggambarkan gerakan burung elang. Menari-nari di udara, sebelum kemudian menukik dan menyambar anak ayam. Salah satu tarian rakyat yang terinsipirasi dari alam sekitar, dalam hal ini menirukan gerak-gerik burung elang.
Tari ini dibawakan oleh dua hingga enam, bisa juga lebih tergantung pada formasi dan jumlah penari yang ada. Penarinya bisa laki-laki atau perempuan, ataupun gabungan dari keduanya. Sebagai tari yang sifatnya hiburan, apa saja yang menjadi bagiannya diusahakan menarik, termasuk busananya.
Tari Galombang
Tari Galombang atau Tari Gelombang merupakan tarian tradisional Sumatera Barat sebagai salah satu kesenian yang mengawali lahirnya Kesenian Randai di tahun 1932. Pertunjukan tari ini lebih banyak muncul dalam pesta pernikahan adat Minang.
Meski tidak begitu jelas asal-usul keterkaitannya dengan pernikahan, namun hingga saat ini tarian Galombang tetap ditampilkan di berbagai pelosok Minang. Dalam hal ini, Galombang disajikan dalam acara penyambutan mempelai saat diarak menuju pelaminan.
Galombang menghadirkan gerakan-gerakan lincah para penari, turun naik yang diibaratkan seperti gelombang laut. Gerak kaki dan tangan umumnya menggambarkan jurus silat Minang. Jumlah penari bisa mencapai puluhan yang terbagi menjadi dua kelompok.
Konon, tari Gelombang berhubungan dengan kisah pernikahan seorang pemuda yang dikawal teman seperguruan silatnya saat menuju ke kampung halaman istrinya. Versi lain menyebutkan bahwa ini merupakan bentuk pengawalan terhadap penghulu yang akan menikahkan pengantin Minang.
Tari Tempurung
Tari Tempurung atau disebut juga tari Galuak merupakan tarian adat Sumatera Barat khas masyarakat Kanagarian Batu Manjulur. Seperti namanya, tari yang telah ada sejak 1952 ini ditarikan dengan menggunakan properti tempurung yang diletakkan dalam posisi tertutup di kedua telapak tangan para penari.
Tari Tempurung bersifat hiburan, disajikan dengan iringan musik tradisional, yakni talempong, tambur, dan giring-giring. Biasa ditampilkan untuk penyambutan tamu kehormatan, acara adat Minangkabau, maupun saat Baralek (nikah) di Daerah Batu Manjulur. Sampai sekarang tarian ini tetap lestari di wilayah tersebut.
Tari Kain Pesisir Selatan
Sama halnya dengan Tarian Saputangan, Tari Kain juga merupakan warisan budaya masyarakat di Kabupaten Pesisir Selatan, khususnya di Kecamatan Bayang dan Painan. Tari ini awalnya merupakan media bagi perguruan Pencak Silat untuk mengukur sejauh mana kemampuan silat murid-murid di perguruan tersebut.
Beragam pendapat mewarnai bagaimana sejarah awal tarian ini. Salah satu pendapat populer mengatakan bahwa tarian ini berasal dari Bayang. Pendapat tersebut merujuk pada daerah turunnya nenek moyang orang Painan dan Bayang dari daerah Kubuang Tigo Baleh (Solok). Berawal dari Bayang hingga kemudian menyebar ke Painan.
Turuk Langgai
Turuk Langgai merupakan sebutan untuk tarian khas etnis Mentawai. Umumnya tarian-tarian Mentawai menggambarkan tingkah laku hewan. Setiap tarian biasanya diberi judul sesuai dengan nama-nama hewan tersebut, seperti tari burung, tari ayam, tari ular, tari monyet dan lain sebagainya.
Tarian Mentawai ini biasanya diiringi oleh gendang Kajeuma serta uliat atau nyanyian untuk menggambarkan kisah atau tingkah laku. Tarian-tarian ini umumnya tercipta sebagai bentuk kegembiraan atas apa saja yang dianggap sebuah kemenangan, kedamaian, atau hal-hal lain yang menggembirakan.