Bagi masyarakat Betawi yang menurut arkeolog Uka
Tjandrasasmita sebagai penduduk natif Sunda Kelapa memiliki senjata tradisional
yang belum terpengaruh kebudayaan asing sejak zaman Neolithikum atau zaman Batu
Baru (3000-3500 tahun yang lalu).
Hal tersebut bisa ditemukan pada bukti arkeologis di daerah
Jakarta dan sekitarnya dimana terdapat aliran-aliran sungai besar seperti
Ciliwung, Cisadane, Kali Bekasi, Citarum pada tempat-tempat tertentu sudah
didiami sejak masa silam.
Nama Senjata Tradisional Betawi
Senjata Tradisional Betawi banyak ragamnya. Pada kesempatan
ini, kita akan membahas 8 senjata tradisional Betawi yang sangat unik.
Kedelapan senjata tersebut antara lain: golok betawi, keris, belati, badik
cangkingan, trisula, toya, pisau raut, dan cundrik. Berikut penjelasan
selengkapnya.
1. Golok Betawi
Golok merupakan senjata tradisional Betawi yang paling
terkenal. Senjata tersebut sering dijadikan aksesoris keseharian busana adat
Betawi oleh kaum pria. Golok terselip pada ikat pinggang hijau dan dipakai saat
bekerja atau sedang bepergian sebagai alat menjaga diri.
Berdasarkan fungsinya, orang Betawi pada umumnya memisahkan
golok yang dipakai untuk bekerja (Gablongan) dengan golok simpenan (Sorenan).
Golok simpenan hanya dipakai saat hendak menyembelih hewan atau untuk
melindungi diri.
Sedangkan berdasarkan bentuknya, golok Betawi dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
a. Golok betok yang pendek,
b. Golok ujung turun (ujungnya lancip), dan
c. Golok gobang (panjang dan terbuat dari bahan berkualitas
tinggi).
Selain golok, masyarakat Betawi juga mengenal keris sebagai
salah satu senjata tradisionalnya. Bentuk Keris Betawi sebagaimana bentuk keris
di Jawa pada umumnya, sehingga banyak budayawan yang berpendapat bahwa keris
Betawi adalah warisan dari budaya Sunda dan Cirebon.
Masyarakat Betawi tidak banyak mengenal jenis senjata tikam.
Hal ini karena adat budaya masyarakat Betawi yang tidak suka dengan perkelahian
berlebihan. Meskipun begitu, mereka juga mengenal belati sebagai salah satu
kelengkapan senjatanya.
Belati Betawi berbentuk mirip golok, tetapi berukuran lebih
kecil. Selain itu, bilahnya cenderung lebih tebal dengan ujung yang lancip dan
melengkung.
Pada jaman dahulu, kaum muda Betawi yang bepergian jauh dari
rumah sering membawa senjata untuk melindungi diri. Senjata dengan ukuran kecil
yang mereka bawa bentuknya mirip rencong khas Aceh atau badik khas Sulawesi.
Mungkin karena sering dibawa bepergian (dicangking), senjata
tersebut kemudian dinamai badik cangkingan. Untuk saat ini, senjata tradisional
Betawi jenis ini sudah jarang dipakai.
Pengaruh budaya Hindu di pulau Jawa pada masa silam
meninggalkan banyak benda bersejarah. Diantaranya adalah budaya penggunaan
trisula sebagai senjata pada kehidupan masyarakat Betawi.
Trisula betawi sedikit serupa dengan trisula khas Palembang,
hanya saja bilah bagian tengah cenderung lebih panjang dan kedua bilah di sisi
kiri kanan dibuat melengkung ujungnya.
Pada jaman dahulu, Betawi dikenal mempunyai banyak jawara
dan perguruan silat. Tidak mengherankan bila kita juga menemukan adanya senjata
tongkat bernama Toya ini. Senjata Toya pada masa lalu dipakai sebagai
alat latihan bagi murid-murid perguruan silat.
Jika dipakai sebagai alat menjaga diri, Toya pada umumnya
dilengkapi dengan gerigi kasar pada kedua ujungnya untuk memberikan efek lebih
besar pada musuh yang terkena pukulan.
Jenis senjata tradisional Betawi yang lainnya adalah Pisau Raut.
Senjata ini tidak dipakai sebagai senjata dalam pertempuran, tetapi dikenakan
untuk sarana budaya.
Para pengantin pria biasanya memakai senjata ini sebagai
aksesoris pakaian pengantin adat Betawi. Pisau raut diselipkan pada ikat
pinggang depan perut dengan dilengkapi rangkaian bunga melati.
Saat sedang bepergian, kaum wanita Betawi di masa lalu juga
sering membawa senjata untuk melindungi diri. Yang membedakan, senjata
tradisional Betawi yang dibawa kaum wanita ini tidak berbentuk seperti senjata
pada umumnya.
Senjata ini dibuat mirip aksesoris tusuk konde tetapi cukup
mematikan karena ketajamannya. Senjata ini bernama Cunrik.
Demikian pembahasan kami mengenai Senjata Tradisional Betawi
(DKI Jakarta) ini, semoga memotivasi kaum muda Betawi khususnya untuk
melestastarikan warisan budaya nenek moyang mereka yang bersejarah ini.