Selain terkenal dengan kekayaan alamnya, Bali juga kaya akan
budayanya.
Gapura-gapura yang mudah ditemui di Bali menjadi penanda
bahwa masyarakat Bali masih memelihara warisan yang diturunkan oleh leluhurnya.
Desain bangunan rumah adat Bali juga menggambarkan
masyarakat Bali yang mayoritas menganut agama Hindu.
Rumah Adat Bali
Gapura Candi Bentar
Rumah Adat di Bali hanya satu, namun di dalam rumah ini,
masih banyak bagian-bagian ruangan yang memiliki fungsi dan filosofi
masing-masing.
Rumah ini sangat familiar karena sebagian masyarakat Bali
menggunakan desain Gapura Candi Bentar untuk rumah huniannya.
Gapura Candi Bentar juga sering disebut dengan gerbang
terbelah karena pintu masuknya berupa gapura terpisah dan tidak memiliki atap,
layaknya dua bangunan yang terbelah.
A.
Bagian Rumah Adat
Gapura Candi Bentar
Gapura Candi Bentar memiliki 9 bagian ruangan yang memiliki
fungsi yang berbeda-beda.
Dalam menyusun bagian-bagian yang ada dalam rumah adat Bali
ini pun banyak sekali mengacu pada ajaran para leluhur dan agama yang diyakini
oleh masyarakat Bali.
Konstruksi rumah dan susunan halaman rumah mengacu pada
konsep Tri Angga dalam ajaran agama Hindu, yaitu Nista Mandala, Madya Mandala,
dan Utama Mandala.
Berbeda dengan proses pembangunan Gapura Candi Bentar, yang
mengikuti konsep Asta Kosala Kosali.
Berikut ini adalah penjelasan bagian-bagian ruangan Gapura
Candi Bentar:
1. Angkul-Angkul
Angkul-angkul adalah pintu masuk ke Gapura Candi Bentar dan hanya
terdapat satu angkul-angkul di setiap rumah adat.
Angkul-angkul memiliki atap yang berbentuk piramida dan
terbuat dari daun kering.
2. Aling-Aling
Setelah masuk melalui angkul-angkul, pada Gapura Candi
Bentar ini terdapat tembok yang berfungsi sebagai sekat yang memisahkan
angkul-angkul dengan teras rumah yang merupakan tempat suci, namanya
aling-aling.
Selain itu, aling-aling juga dibangun untuk pengalih jalan
masuk ke Gapura Candi Bentar.
Sehingga, orang yang akan masuk akan jalan dari sisi kiri
rumah, dan keluar dari sisi kanan rumah.
Hal ini dimaksudkan agar privasi pemilik rumah tidak
terekspos hingga ke luar.
Masyarakat Bali juga percaya bahwa aling-aling berfungsi
sebagai penghalang datangnya pengaruh buruk/negatif dari luar.
Aling-aling dibangun dengan batu dan memiliki tinggi sekitar
150 cm.
4. Sanggah / Pamerajan (Pura Keluarga)
Sanggah adalah tempat suci dari bangunan Gapura Candi Bentar
ini.
Seluruh anggota keluarga menggunakan ruangan ini untuk
sembahyang dan berdoa kepada leluhur mereka.
Letaknya berada di sebelah timur laut rumah.
5. Bale Meten (Bale Daja)
Bale Meten adalah ruangan yang dipakai untuk ruang tidur
kepala keluarga.
Ruangan ini juga merupakan ruang tidur bagi anak perempuan
yang belum menikah.
Bale Meten merupakan ruangan berbentuk persegi panjang, yang
dibangun dari 8 dan 12 sesaka (tiang) yang terbuat dari kayu.
Ruangannya terbagi menjadi dua bagian bale, yaitu di sisi
kiri dan sisi kanan.
Bagian bawah bale memiliki permukaan yang tinggi.
Selain menambah fungsi estetika, bagian bawah dibuat lebih
tinggi untuk menghindari resapan air masuk ke dalam ruangan.
Karena permukaannya tinggi, bangunan ini menjadi bangunan
yang paling tinggi di antara bangunan lainnya di Gapura Candi Bentar.
Ruangan ini juga disebut dengan Bale Daja karena letaknya
yang berada di sebelah utara (kaja) rumah.
6. Bale Dauh (Bale Tiang)
Bale Dauh adalah ruangan yang ditempati oleh remaja
laki-laki yang menghuni Gapura Candi Bentar sebagai kamar tidur.
Selain menjadi kamar tidur, Bale Dauh merupakan tempat
dimana anggota keluarga menerima tamu.
Bangunan ini memiliki sebutan yang berbeda-beda tergantung
jumlah tiang yang dimilikinya.
Bale yang memiliki 6 tiang disebut dengan sakenem, bila
memiliki 8 tiang disebut sakutus/astasari, dan jika berjumlah 9 tiang disebut
dengan sangasari.
Bahan dasar membuat bangunan Bale Dauh adalah batu.
Bale Dauh terletak di bagian Barat rumah.
7. Bale Sekapat
Bale sekapat adalah ruangan terbuka yang digunakan sebagai
tempat untuk bersantai seluruh anggota keluarga yang menetap di rumah adat ini.
Selain untuk bersantai, ternyata ruangan berbentuk segi
empat ini juga digunakan sebagai tempat tidur anak.
Bangunannya dilengkapi dengan empat tiang dan bentuknya
minimalis.
Atap pada ruangan terbuka ini memiliki bentuk limas atau
pelana.
8. Bale Dangin
Bale Dangin adalah bagian rumah yang digunakan sebagai tempat
upacara adat.
Namun, jika sedang tidak diselenggarakan upacara adat,
bangunan ini dipakai sebagai tempat untuk beristirahat.
Ruangan ini berbentuk segi empat dan bisa juga berbentuk
persegi panjang tergantung berapa jumlah tiang yang dimilikinya.
Sama seperti Bale Dauh, jika bangunan memiliki 6 tiang maka
disebut dengan sakenem, jika memiliki 8 tiang disebut sakutus/astasari, dan
jika memiliki 9 tiang maka disebut dengan sangasari.
Namun, jika bangunan Bale Dangin memiliki 12 tiang, maka
disebut dengan Bale Gede.
Bangunan ini berada di sisi timur Gapura Candi Bentar.
9. Pawaregen (Paon)
Paon adalah ruangan yang digunakan sebagai dapur di Gapura
Candi Bentar.
Biasanya letak Paon berada di sisi selatan rumah atau barat
daya.
Pembagian Ruangan Pawaregen
a. Jalikan (area pertama)
Ruangan yang dilengkapi dengan
pemanggang dan kayu untuk memasak.
b. Area kedua
Ruangan kedua dipakai untuk
menyimpan makanan serta alat-alat masak.
c. Klumpu/Jineng (Lumbung)
Klumpu atau Jineng atau yang umum
disebut dengan lumbung berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi dan beras.
Klumpu diletakkan bersebelahan
dengan bangunan Paon.
Pembagian Ruangan Klumpu
a. Lantai 1
Untuk menyimpan padi yang belum kering.
b. Lantai 2
Untuk menyimpan padi yang sudah kering.
Keunikan Bangunan Gapura Candi Bentar
Ada perbedaan bahan dasar yang digunakan untuk membangun
Gapura Candi Bentar berdasarkan tingkat sosial dan ekonomi pemilik rumah.
Golongan bangsawan menggunakan tumpukan bata untuk membangun
rumah ini.
Sedangkan masyarakat biasa menggunakan tanah liat atau
popolan.
Uniknya lagi, di bagian depan rumah selalu terdapat 2 patung
dan memiliki ukiran motif seperti ukiran yang terdapat pada dinding candi.
Filosofi Rumah Adat Gapura Candi Bentar
Selain dimaknai sebagai tempat tinggal dan tempat ibadah,
ternyata pembangunan Gapura Candi Bentar memiliki proses yang panjang yang
memiliki berbagai filosofi dibaliknya.
Rumah adat Bali Gapura Candi Bentar ini memiliki filosofi
keharmonisan dan keselarasan yang dimiliki oleh manusia dengan lingkungan alam
dan alam spiritual.
Sebelum membangun Gapura Candi Bentar, masyarakat Bali
selalu memulai dan mengakhirinya dengan upacara adat.
Dilakukan juga ritual Nasarin, yaitu peletakkan batu
pertama.
Tujuannya untuk meminta agar bangunan dapat menjadi rumah
yang kuat dan kokoh.
Makna filosofis juga terkandung dalam peletakkan setiap
bangunannya.
Sudut timur dan utara rumah merupakan tempat yang suci atau
disakralkan.
Sehingga, bangunan-bangunan yang berada di timur dan utara
rumah digunakan sebagai tempat untuk beribadah.
Sedangkan sisi selatan dan barat memiliki tingkat kesucian
yang lebih rendah dari sisi timur dan barat.
Oleh karena itu kamar mandi, dapur, dan tempat menjemur
pakaian berada di sisi selatan dan barat.
Setelah mengetahui keunikan dan nilai-nilai yang terkandung
dalam rumah adat Gapura Candi Bentar asal Bali ini, tertarik untuk melihatnya
langsung?
Itulah pemaparan mengenai rumah adat Bali.
Semoga rumah adat ini tetap terjaga kelestariannya dan tetap
digunakan sebagai bentuk rumah bagi masyarakat yang hidup di Bali.